Selasa, 25 Oktober 2011

Pembuatan SIM yang melelahkan

25 Oktober 2011 adalah tanggal yang ngga akan dilupakan oleh aku dan teman-temanku. Mereka yang telah bersama-sama untuk berjuang. Yah.. mereka adalah Alfan Febrianto, Retno Palupi, Putra Hidayat dan Muamar Mujab.
Apakah gerangan yang telah kami lakukan?
Tepat hari ini kami sudah resmi mendapatkan SIM. Untuk mendapatkan itu semua tentulah tidak mudah. Bahkan menurutku sangat sulit.
Hari Sabtu aku ndaftar pelatihan untuk mendapatkan SIM. Hari Senin ikut tes buat SIM. Testnya terdiri dari test tertulis terus dilanjut tes praktek. Alhamdulillah test tertulisnya berhasil tapi, test prakteknya belum berhasil. Huhuhuhuhu...
Akhirnya kita pulang dengan muka pasrah. Dan kami disuruh kembali lagi hari Senin depan. Tapi, Putra, Alfan dan Muamar memiliki semangat juang untuk terus berjuang. Mereka datang ke tempat pelatihan membuat SIM untuk meminta bantuan. Akhirnya disepakati hari Selasa kita berangkat lagi ke tangsi.
Hari Selasa itu pun tiba. Kami berharap akan ada sambutan ramah dari Pak Polisi. Ternyata sama saja. Kami malah diusir. “kalian kan ngulang test prakteknya hari Senin! Ngapa kesini sekrang!” tegas Pak Agung SB. Huh! Ni orang.. pengin ta’ iket. Mungkin kalau ada questioner Pak Polisi ter-. Aku akan menempatkan dia sebagai polisi ternyebelin, terimut (item mutlak), terjutek, tersadis, terserah kalian mau dilanjut apa! Udah bete banget..
Ngga cuma aku yang sebel sama dia. Temen-temenku juga sebel sama dia. Kita menganggap dia adalah musuh terbesar kami dalam pembuatan SIM ini.


muka bete saat menunggu pembuatan SIM

Akhirnya kami menunggu mukjizat datang. Menunggu dengan harapan kosong. Diantara kami menyesal telah berjalan dengan cara ini. karena, tidak menghasilkan hasil sedikitpun. Kami mencoba banyak hal. Dari nyuruh orangtua datang, sms sama teman, telpon saudara bahkan ngejampi Pak Polisinya. Apapun dilakukan untuk mendapatkan SIM! Secara, kita udah banyak melakukan pengorbanan. Utamanya adalah waktu. Kita ini udah meninggalkan pelajaran selama 2 hari. Bayangkan, banyaknya mata pelajaran yang tertinggal. Apalagi status kami sebagai siswa kelas XII yang sedang getol-getolnya untuk fokus ujian nasional.
Untuk itu, wajar aja kita berjuang mati-matian untuk mendapatkan SIM. Kita sempat tergoda untuk mengikuti saran salah satu peserta untuk pergi ke tempat pelatihan SIM. Namun, salah satu diantara kami tetap menahan kami untuk terus bersabar. Akhirnya, kami tetap terdiam di tangsi. Menunggu dan menunggu.
Lalu ada lagi info yang mengharuskan kami untuk bertemu dengan Pak Sony (bukan merk barang eletronik sebenarnya). Katanya sih dia orangnya baik ngga kaya’ Pak Agung. Kita mencoba untuk mendekatinya namun, kami tidak ada keberanian. Rasanya dag dig dug aja. Bingung mau ngomong apa.
Akhirnya kami kembali diam.
Lalu muncul kabar lagi kami harus menunggu Om Bambang. Siapa dia? Dialah pemimpin pelatihan pembuatan SIM. Kami pun menuggu beliau. Berharap dipermudah dalam pembuatan SIM ini. namun, detik terus berputar dan Om Bambang tidak juga datang. Kami sudah tidak sabar untuk menunggunya.
Kami semakin ketar-ketir ketika melihat –dia yang menggunkan jaket ungu- ternyata langsung test di jalan. Padahal dia statusnya sama seperti kami. Gagal dalam test praktek. Wah.. emosi kami semakin memuncak! Ngga terima! Pokoknya ngga terima! Pukulin... pukulin..


oh ya?

Akhirnya aku dan Putra mencoba untuk mendekati –dia yang menggunkan jaket ungu-. Eh, dianya udah dipanggil untuk foto. Yasudah kami akhirnya menunggunya sambil duduk. Selama kami menunggunya ternyata Om Bambang datang! Ah.. senangnya!
Kami pun langsung mendekatinya dan menanyakan status kami. Beliau menyuruh kami untuk bersabar.
Dan akhirnya Pak Agung menatap kami seolah kami memang makhluk yang pantas dikasihani. Anda bisa membayangkan wajah kami saat itu. bingung, tegang, lelah bercampur aduk menjadi satu.
Lalu munculah kata yang ajaib dari mulut mungil Pak Agung “nama kalian siapa?”
Satu per satu nama kami dipanggil dan diambil berkasnya. Setelah itu kami di test jalan tanpa diawasi pula. Beruntungnya kami.
Setelah mengisi berkas-berkas yang harus dipenuhi. Mengikuti pemotretan. Akhirnya, Taraaa!!! SIM kami jadi. Ughhh..!! perjuangan kami tidak sia-sia. ^^


Senang... senang..

Makasih Om Bambang, Pak Sony dan pihak-pihak yang telah membantu kami.
(Pak Agung kok ngga disebutkan?)
Ehem.. ehem.. makasih Pak! (muka ngga ikhlas)
Oh ya... ada berita duka dalam pembuatan SIM ini. ternyata teman-teman seperjuangan kami yang mengusulkan untuk pergi ke Brobot (tempat pelatihan pembuatan SIM) tidak kembali lagi ke tangsi (kantor pelayanan SIM). Entah apa yang terjadi? Semoga kedepannya mereka dipermudah dalam pembuatan SIM. Amin.. ^^

2 komentar:

itsna dreams mengatakan...

ihirr,, selamat ya,,,

梨絵 mengatakan...

kok gak ada kabar kenapa padahal aku mjau ke tempat pelatihan sim di brobot